Piramida
Besar Khufu di Giza, Mesir dibangun untuk makam Pharaoh Khufu (Cheops),
yang memerintah dari 2590 - 2567 SM. Piramida dengan tinggi 146 m,
kira-kira setinggi pencakar langit bertingkat 45.
Bangunan
ini membutuhkan 2.300.000 batu untuk menutupi lahan seluas 5,3 ha.
Stiap sisi-nya memiliki panjang 230 m. Setiap batu memiliki volume 1
kubik meter, dan berat beberapa ton. Bagaimana mungkin manusia dapat
membangun struktur yang begitu besar, apalagi Peradaban Mesir kuno pada
saat itu belum mengenal dengan yang namanya roda?
Lalu
bagaimana jika mereka menggunakan kayu gelondongan untuk mempermudah
memindahkan batu-batu maha berat itu? Jawabannya tidak masuk akal.
Orang-orang Mesir kuno tak akan pernah menebangi pohon yang jumlahnya
hanya sedikit itu, apalagi untuk dijadikan kayu gelondongan sebagai
sarana untuk mempermudah memindahkan batu. Karena pohon-pohon di sana
umumnya adalah pohon kurma yang buahnya diperlukan untuk pangan,
sedangkan pohon dan daunnya adalah satu-satunya peneduh untuk melindungi
tanah dari kekeringan. Tetapi dari pernyataan di atas tentu mereka
harus pernah memiliki kayu gelondongan, sebab jika tidak maka tidak akan
didapat penjelasan teknik sekalipun yang selemah-lemahnya tentang
pembangunan piramida-piramida itu.
Apakah
kayu untuk keperluan itu diimpornya? tentu saja tidak mungkin. Untuk
mengimpor kayu diperlukan armada kapal pengangkut yang cukup besar.
Setelah kayu itu dibongkar di pelabuhan Alexandria, masih perlu diangkut
lagi melalui sungai Nil ke Kairo. Oleh karena Mesir pada waktu
membangun piramida besar tidak mempunyai kuda dan gerobak, maka tak ada
kemungkinan lain. Gerobak dan kuda tak dikenal orang di Mesir sampai
dinasti ke tujuh belas kira-kira tahun 1600 sebelum masehi. Jadi
masalahnya sekarang ialah penjelasan yang meyakinkan tentang
pengangkutan balok batu itu. Para sarjana tentu akan mengatakan bahwa
gelondongan-gelondongan kayu memang dibutuhkan.
Namun
belakangan ini, banyak teori yang cukup "gila" bermunculan untuk
meyingkap bagaimana sebenarnya piramida besar itu dibangun. Dua teori
yang cukup "nyeleneh" menurut pendapat-ku pribadi adalah pernyataan yang
menyebutkan bahwa manusia raksasa-lah yang mengangkut dan menyusun
batu-batu maha berat itu. Teori lainnya yang juga cukup mengejutkan
adalah adanya campur tangan makhuluk asing dalam proses pembangunannya.
Bagaimanapun
juga, masih cukup banyak penjelasan yang lebih ilmiah untuk menjelaskan
bagaimana proses pengangukatan batu-batu tersebut oleh para pekerja.
Ini lebih baik daripada kita harus mempercayai mitos bahwa segerombolan
Alien yang datang ke bumi, lalu dengan pesawat UFO-nya itu bergiliran
mengangukut batu-batu untuk keperluan pembangunan. Atau mitos manusia
raksasa setinggi antara 7- 9 meter yang berbondong-bondong datang ke
Giza setelah disewa oleh Fir'aun Mesir sebagai kuli bangunan.
Tahun
1996, Stuart Kirkland Weir menulis sebuah artikel tentang pembangunan
piramida dari sudut pandang energi, di dalam Cambridge Archaeological
Journal. Ini adalah penelitian gerak dan waktu yang gamblang. Ia
meneliti seberapa banyak energi yang dapat dikeluarkan oleh satu orang
dalam sehari, dan seberapa banyak energi potensial yang ada di dalam
lebih kurang tujuh juta ton batu tersebut. Energi potensial yang
dimaksud adalah energi ekstra yang diperoleh sebuah benda ketika kita
mengangkatnya dari tanah. Ia menemukan bahwa dalam konteks hari kerja,
Piramida Besar membutuhkan sekitar 10 juta hari orang, atau 1.250 orang
selama 8.400 hari atau 23 tahun. Jika anda menghitung hari libur,
kecelakaan, dan masalah yang berkaitan dengan friksi, sebuah angkatan
kerja yang sekitar delapan kali lebih besar (katakanlah 10.000 orang,
yakni kurang dari 1% penduduk Mesir pada saat itu) dan bekerja selama
seperempat abad akan memiliki waktu untuk menuntaskan pembangunan ini.
Sejarawan
Yunani, Herodetus, menulis bahwa kekuatan pembangunan piramida
melibatkan 100.000 orang. Disisi lain, ia bisa salah karena ia menulis
sekitar 2000 tahun sesudah piramida Mesir dibangun. Di sisi lain,
100.000 akan membuat pekerjaan ia lebih mudah. Dan 100.000 orang berarti
10% populasi, sehingga mengurangi pengangguran dan kerusuhan sosial.
Piramida
besar tidaklah terlalu sempurna. Sisi-sisinya berbeda panjang sekitar
18 cm. Piramida ini ridak tegak tetapi sedikit miring pada sudut
tenggara. Para arkeolog akhirnya menemukan tambang tempat batu-batu
tersebut berasal dan sisa-sisa jalan landai untuk membawa batu-batu itu
ke tingkat atas piramida. Sebuah gambar di dinding makam raja dinasti
ke-12, Djehutihotep, menunjukkan proses ini dalam beberapa detail.
Gambar itu berupa patung raksasa Djehutihotep seberat 60 ton dan tinggi 5
meter yang ditempatkan di atas sebuah wadah besar . Ada empat baris
pekerja, 172 orang menarik kuat tali-tali yang terikat pada tepi wadah
tersebut. Di bagian depan wadah, ada seorang pria berdiri di atas kaki
patung, menuang sejenis cairan pelumas ke bawah wadah itu agar dapat
bergerak maju. Dan tentu saja, disana ada sang bos, duduk nyaman di
lutut patung, mungkin memberi perintah kepada para pekerja di bawahnya.
Kombinasi
dari 60 ton dan 172 pekerja, masing-masing menarik sekitar 330 Kg.
Rekontruksi modern menunjukkan bahwa jika menggunakan pelumas, adalah
mudah untuk mendapatkan koefisien gesekan sebesar 0,1. Ini berarti
setiap orang hanya menarik sekitar 33 kg, angka yang cukup masuk akal
bukan?
Dan
pada akhirnya, para arkeolog baru saja mulai menemukan sebuah kota yang
mengirimkan pekerja yang membangun Piramida Besar. Mereka menemukan
jalan, rumah, makam, toko roti, dan semua infrastuktur yang diperlukan
untuk mendukung 20.000 penduduk yang sering berpindah.
Edgar
Cayce, Spiritualis terkenal Amerika yang menyebut dirinya cenayang,
mengatakan bahwa piramida dibangun pada 10.500 SM oleh peradaban yang
lebih maju, yang kemudian menyembunyikan rahasia mereka di dalam "Ruang
Rahasia" yang tidak dapat ditemukan, dibawah kaki depan Sphinx, dan
kemudian hilang. Ia mungkin benar, piramida dibangun oleh peradaban yang
lebih maju. Tapi bukan berarti harus dihubungkan-hubungkan dengan alien
, sebab peradaban Mesir kuno itu juga bisa dibilang peradaban maju.